Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cara Tunanetra Menonton Sepak Bola

Pada coretan kali ini, saya akan membahas tentang cara tunanetra menonton sepak bola. Memangnya bisa? Yah, kenapa tidak? Masa' menonton anime saja bisa, sepak bola tidak bisa... Lah, yang belum membaca postingan saya sebelumnya tentang cara tunanetra menonton anime, silahkan klik tautan berikut : Cara Tunanetra Menonton Anime.

Langsung saja kita bahas bagaimana cara tunanetra menonton sepak bola. Saya tidak akan mengawali dengan penggambaran bahwa menjadi tunanetra tidak sepenuhnya membuat seseorang butalah, tidak punya semangat hiduplah, masa depan suramlah, dan yang lainnya seperti biasa dijadikan sebagai pembukaan cerita mengenai dunia tunanetra. Karena yang saya ketahui adalah setiap orang bisa meraih kebahagiaannya masing-masing bahkan dengan cara sederhana walaupun berbeda.


Cara Tunanetra Menonton Pertandingan Sepak Bola

Di akhir tahun 2016 lalu, saya yang sebenarnya penggemar pertandingan sepak bola Indonesia bersama kawan-kawan tunanetra mengikuti salah satu perhelatan yang dijalani oleh pemain Timnas Indonesia. Beberapa kali saya menyaksikan laga Timnas Garuda dengan lawan-lawannnya yang tangguh. Saya lupa, pada tahap apa mereka akhirnya berhadapan dengan pemain Timnas Thailand. Yang jelasnya, saat itu perjalanan Timnas Garuda kandas setelah dikalahkan oleh Thailand dengan skor yang juga saya lupa, hehehe... Yah, akibat kekalahan itu, saya yang saat itu baru saja kembali mengikuti pertandingan Timnas Indonesia merasa kecewa mereka tidak keluar sebagai juara seperti pada kejuaraan AFF U-19 tahun 2014 yang masih sempat saya saksikan lalu. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk ikut bersama kawan-kawan berlibur ke satu tempat wisata waktu itu. Kenapa malah melebar yah? hehehe...

Nah, bagaimana saya dan kawan-kawan mengikuti pertandingan sepak bola? Yah, kami menikmati dari sang komentator yang selama pertandingan berlangsung menceritakan jalannya permainan. Saat itu sang komentator yang bertugas melaporkan segala kejadian dan alur permainan menurut saya lumayan detail. Nada dan intonasi yang digunakannya pun untuk merespon tiap-tiap adegan seperti saat gol, bola melesat, pemain terjatuh, dan serangan balik kedengarannya sangat ekspresif. Hal itu berhasil kami yang mendengarkannya ikut terbawa dalam suasana heboh dan saling mengekspresikan apabila terjadi gol, penyerangan Timnas Indonesia ke daerah pertahanan lawan, dan saat Timnas gagal mencetak gol.

Saya jadi ingat beberapa pembawa acara sepak bola yang terkenal ekspresif nan heboh seperti Adi "Ahay" Gunawan dengan ciri khasnya selalu meneriakkan kata "Ahaaayy..." saat bola gagal masuk ke gawang. Ada pula satu orang lagi yang sempat viral dengan teriakan khasnya saat bola berhasil masuk ke gawang, "JEBREEEETT". Dialah Valentino Jebret. Berkat mereka, jalannya pertandingan bisa diikuti oleh tunanetra sekalipun.

Media Yang Paling Aksesibel Untuk Tunanetra Mengikuti Pertandingan Sepak Bola

Tapi sebenarnya, kalau mau dibandingkan, mengikuti pertandingan sepak bola melalui saluran radiolah yang lebih detail bagi tunanetra ketimbang saluran televisi. Hal ini menurut saya berkaitan erat dengan perbedaan teknik membawa acara pada kedua media ini. Toh, pada radio seorang host haruslah aktif dalam menemani pendengar saat mendengarkan acara tertentu. Berbeda dengan pembawa acara pada media televisi, mereka akan lebih cenderung menunjukkan objek tertentu kepada penonton dan akan lebih sedikit mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang sudah bisa disaksikan secara visual di layar kaca.

Saya kemudian mengingat, beberapa dialog antara kawan-kawan mahasiswa pada forum diskusi terkait eksistensi radio di masa depan. Sebagian mengatakan bahwa, beberapa tahun kemudian radio-radio yang ada akan punah digantikan oleh media-media yang sekarang populer seperti podcast dan youtube. Dan sisanya lagi masih beranggapan bahwa keberadaan media-media baru tersebut tidaklah sampai menyingkirkan keberadaan radio lantaran menurut mereka, di Indonesia masih banyak wilayah-wilayah yang jangkauan internetnya belum maksimal dan tingkat pengetahuan terhadap penggunaan alat-alat komunikasi canggih yang masih minim oleh orang-orang di pesisir.

Di sini saya tidak akan mengupas tentang hal tersebut secara mendalam. Mungkin di postingan berikutnya, hehehe... Tapi, yang mau saya katakan adalah, benar bahwa penggunaan radio masih dimanfaatkan oleh segelintir masyarakat. Tak terkecuali para tunanetra.

Penggunaan Radio Oleh Tunanetra Dalam Mengikuti Pertandingan Sepak Bola

Pernah suatu ketika di asrama, sekilas saya mendengarkan sorak-sorai salah seorang kawan dari dalam kamarnya. Karena ingin tahu apa yang sedang disaksikannya, bergegaslah saya menghampirinya dan ternyata dia tengah menndengarkan pertandingan sepak bola PSM Makassar melalui radio. Suara gemuruh penonton dan reporter yang membawakan acara tersebut berhasil membuat saya tertarik mengikutinya hingga pertandingan berakhir.

Sebenarnya, mengikuti pertandingan sepak bola melalui siaran radio pernah menjadi kebiasaan saya sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kala itu, saya sering mengikuti pertandingan PSM Makassar baik kandang maupun tandang. Dan memang benar, bahwa ada sensasi tertentu tatkala mendengarkan prolog dari sang reporter yang sangat heboh dan berhasil membawa kita seperti menyaksikan langsung pertandingannya. Redaksi yang digunakannya pun sangat unik dan mendetail.

"Saudara-saudara, kembali kita menyaksikan, salah seorang pemain PSM Makassar, Ponaryo Astaman menggulingkan bola, melewati para pemain lawan, diberikan bola kepada Syamsul Chaeruddin, angkat ke depaaaannn! Namun bola masih bisa dihalau oleh pemain belakang lawan. Yah, bola masih berada di jantung pertahanan lawan, berhasil Irsyad Aras menjemput bola, serangan kembali dilancarkan melalui sisi kiri pertahanan, bola diberikan kepada Syamsul, Syamsul mengoper bolaaa, ada Osvaldo di sanaaa... Ooohh... Masih melambung saudara-saudara...!"

Yah, kurang lebih seperti itulah redaksi dan kreasi para reporter sepak bola yyang saya masih ingat tatkala mengikuti laga-laga PSM Makassar melalui radio di masa kecil. Sebelumnya, benar saya berpikir, mengapa pertandingan sepak bola harus disiarkan melalui radio? Jadinya kan kita tidak bisa menyaksikan langsung para pemain idola di lapangan. Tapi, setelah sesekali ikut mengikuti pertandingan sepak bola melalui radio kembali bersama kawan-kawan di asrama, saya kemudian menyadari bahwa setiap jenis media massa mempunyai audiencenya dan pola penyajiannya sendiri-sendiri. Jangankan siaran langsung sepak bola, siaran cerita dan iklan di kedua media ini pun disajikan dalam polanya masing-masing.

Kita mengenal beberapa siaran cerita pendek dengan seorang prolog yang menggambarkan peristiwa dan suasana dalam cerita di radio, sementara dalam sinetron di televisi hampir tidak pernah kita mendapatkan prolog di setiap tayangannya. Begitu halnya dengan iklan, pada radio dibuat lebih interaktif dengan memaksimalkan suara-suara pendukung seperti suara orang tertawa, orang kebingungan, nyingir, dll. Sementara iklan di televisi cenderung memaksimalkan visualisasi untuk menyajikan iklan.


Terkait penggunaannya, radio ternyata masih bermanfaat bagi sebagian masyarakat. Contohnya bagi tunanetra yang memang kebanyakan saya temui lebih senang dengan radionya. Bahkan ada yang lebih memilih menyalakan radio untuk mengikuti perkembangan berita-berita terkini. Tidak ketinggalan pula, ada sekelompok tunanetra yang baru-baru ini membuat sebuah radio streaming.

Maka dari itu, apabila ingin menjawab sebuah pertanyaan terkait eksistensi radio, saya pribadi berharap agar kita semua pada umumnya dan khusus kepada para awak media radio agar lebih kreatif dalam merespon tantangan-media baru sehingga eksistensi radio masih bisa dipertahankan dan tunanetra masih bisa menyaksikan pertandingan sepak bola. Salam inklusi!

2 comments for "Cara Tunanetra Menonton Sepak Bola"

  1. Aku juga dulunya gk suka acara bola. Soalnya bikin gaduh saja. Tapi saat tdk sengaja dengar di radio, jadi ada ketertarikan tersendiri. Apalagi reporter bolanya yang menjelaskan secara detail. Jadi gk sabar buat menyaksikan piala dunia.

    ReplyDelete
  2. Hanya saran saja, alangkah baiknya bila kata 'Menonton' pada bagian judul diubah dengan diksi sifat mewakili perasaan "Menikmati Pertandingan', itu yang saya tangkap dari isi artikel. Terima kasih...

    ReplyDelete
Advertisement: Dapatkan Layanan Domain dan Hosting Murah!