Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Menerapkan Gaya Hidup Modern yang Positif

* Artikel Utama dari Redaksi

Zaman sekarang, siapa yang tidak mengenal istilah "Gaya Hidup Modern"? Dalam berbagai artikel mau pun forum diskusi, gaya hidup modern tak jarang digaungkan. Salah satu content creator yang memiliki pengaruh di wilayah Sulawesi Selatan mengungkapkan, bahwa era modern bisa dimanfaatkan sisi positifnya. Salah satunya ialah pemanfaatan sosial media.

Gambar Pria Mengenakan Headset Hitam

Ia menjelaskan dalam beberapa video yang diunggahnya di salah satu kanal digital, bahwa kehadiran sosial media bisa menjadi pemantik produktifitas anak-anak muda. Mereka tidak perlu ragu, bahkan minder dalam mengunggah konten selama itu bermanfaat.

Singkatnya, saya sependapat dengan bung yang satu ini. Sebagai manusia, kita memiliki naluri untuk mengikuti gaya hidup yang sedang berkembang di tengah masyarakat. Sebagai Contoh kecil yang saya ambil dalam kehidupan pribadi, tentu dari kita masih mengingat kenangan di bangku SD mau pun SMP yang tidak mau ketinggalan dengan apa yang hangat diperbincangkan, bahkan yang dijadikan hobi oleh kelompok pergaulan kita. Saya masih ingat bagaimana permainan "Point Blank" bisa menjadi topik yang kalau saja kita tidak mengetahuinya, bisa-bisa kita akan termarjinalkan dari pergaulan.

Dari sifat manusia yang alamiah ini, sudah sepatutnya kita menggunakan cara-cara yang efektif untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh pendahulu. Sebut saja Bung Karno yang banyak menyinggung soal anak-anak muda sebagai penggerak zaman. Cara-cara efektif yang dimaksud dalam hal ini adalah pemanfaatan sosial media sebagai gaya hidup modern yang positif.

Unggahan berbagai aktifitas, acara atau kegiatan yang bersifat membangun menjadi salah satu gambaran menuju generasi yang aktif. Bayangkan jika 100 pengikut saja dalam akun sosial media kita adalah mereka yang aktif memublikasikan kegiatan yang bermanfaat, maka benar kita termasuk bagian dari kelompok apatis jikalau tak ada adrenaline yang muncul untuk serupa dengan apa yang dilihat atau didengarkan tersebut.

Pentingnya menentukan Circle Jejaring

Apa yang dimaksud dengan "Circle Jejaring" dalam tulisan ini? Secara bahasa kita bisa memaknainya dengan lingkar pertemanan. Dalam sosial media, dahulu ditujukan untuk menyapa teman-teman lama yang bisa jadi berada dalam wilayah geografi yang berbeda. Fitur utama digunakan untuk saling mengetahui aktifitas termutakhir masing-masing. Chatbox juga dimanfaatkan untuk saling tegur sapa, "Hai! Kapan mampir ke Makassar?" atau "Kabarnya gimana sekarang?". Namun, kini pola semacam itu telah tergeser seiring pemikiran masyarakat cyber yang terus berkembang.

Tak jarang kita mendengarkan istilah, "Feedback", yang artinya umpan balik. Masyarakat modern menilai, segala sesuatu yang berada di sekelilingnya harus mendatangkan nilai untuknya. Apa yang bisa diberikan oleh lingkungan kepada kita? Dalam kata lain, apa yang bisa diberikan oleh orang sekeliling, atau mereka para pengikut dan orang yang kita ikuti dalam sosial media terhadap perkembangan kita?

Jika kamu masih belum memahami seutuhnya apa yang dijelaskan dalam untaian kalimat-kalimat di atas, coba tinjau kembali siapa yang menjadi teman dalam akun Facebookmu. Siapa yang kamu ikuti dan menjadi pengikutmu dalam akun Instagram dan Twittermu. Setelah itu, periksalah halaman Beranda akunmu dalam masing-masing sosial media tersebut. Status seperti apa yang kamu dapatkan dari mereka yang membentuk jaringan denganmu? Feed seperti apa yang mereka unggah, yang dapat kamu tonton dan mungkin banyak menyita waktu untuk menanggapinya, membalas komentarnya dan sebagainya. Coba pikirkan tentang output dari segala proses tersebut.Kepuasan batiniah?

Hai pemuda! Ada hal yang lebih memuaskan jika sebuah konten dapat memicu semangat untuk bergerak. Sebagai contoh untuk kedua kalinya, tulisan dengan topik seperti ini tidak akan lahir jika saya tidak menjadi subscriber dari salah satu content creator yang aktif menyuarakan gerakan positif anak-anak muda di zaman digital. Tidak akan ada wawasan terkait potensi sosial media sebagai pemantik produktifitas pemuda jika saya tidak membaca sebuah konten dari salah satu halaman dalam akun Facebook, yang memberikan informasi rekrutmen dengan kriteria pelamar anak muda yang kreatif dan inovatif. Itu artinya, lingkar pertemanan haruslah memiliki efek yang baik, dan mampu menginfluence pemilik akun untuk turut berkontribusi dalam pembangunan yang lebih maju.

Jadi, mulai sekarang marilah untuk menata jaringan dalam sosial media. Ajak berteman mereka yang rajin mengikuti seminar, ikuti mereka yang punya kreasi, subscribe berbagai kanal bermanfaat, yang menyajikan konten seperti podcast, tutorial, mentoring, travelling vlog dan sebagainya. Secara tidak langsung, perlahan kamu terpicu untuk turut mengasah seperti apa kontribusi yang bisa kamu lakukan untuk diri dan lingkunganmu.

Jangan Menjadi Konsumen Abadi, Tapi Berusahalah Menjadi Subjek

Mengkonsumsi bahan bacaan, pemikiran dan gagasan itu penting. Hal itu sebagai dasar pengetahuan yang nantinya akan menjadi wawasan dan implementasi di kemudian hari. Namun, alangkah baiknya jikalau apa yang diketahui, menjadi bahan untuk orang lain yang juga akan berkembang.

Tulisan kecil yang terdiri dari dua atau tiga alinea bisa menjadi hal yang berarti bagi jaringanmu dalam sosial media. Mari kita bayangkan jika untaian kalimat yang mengandung gagasan kritis dibaca oleh seseorang, yang kemudian mengaplikasikannya ke dalam rupa-rupa lain. Atau, dokumentasi kegiatan sosial yang kita unggah pun bisa menjadi pemantik atau bahkan referensi untuk orang lain.

Ingat bahwa tidak ada sesuatu yang terbuang percuma. Apalagi konten kita yang berpotensi dibaca oleh sepasang mata dunia.

Banyak organisasi yang menggaungkan kemanusiaan gencar menjalankan pola seperti ini. Kita menyebutnya dengan kampanye kesetaraan. Ada pula yang menyebutnya dengan edukasi. Bagi saya, yang terpenting adalah penerapannya. Sejauh mana kita bisa menjadi subjek penggerak bangsa. Berapa banyak orang yang bisa kita rangkul kemudian mengembangkan pemikiran bersama-sama. Dan yang terpenting adalah, kekayaan literasi sudah banyak menjadi bahan riset para pakar sebagai langkah awal menuju peradaban yang maju.

Sebagai catatan akhir, pembahasan seperti apa yang telah dituangkan dalam coretan di atas telah lama diperbincangkan bahkan dalam buku-buku pelajaran sekolah. Masih ingat dengan bahasan tentang "Globalisasi"? Dalam materi tersebut, dipaparkan berbagai dampak positif dan negatif dari efek kecanggihan teknologi ini. Tidak sebatas mengetahui dampaknya saja, namun sebagai refleksi dari gejala ini menghasilkan tuntutan agar menjadi masyarakat yang smart dalam menyikapi perkembangan. Bagaimana untuk tetap mengadopsi nilai-nilai yang positif dan mengabaikan nilai-nilai yang negatif.

Post a Comment for "Menerapkan Gaya Hidup Modern yang Positif"

Advertisement: Dapatkan Layanan Domain dan Hosting Murah!